Artikel Property

Mengapa memilih Apartment dan apa perbedaan antara apartment, rusunami, rusunawa dan condotel.

MENGAPA MEMILIH APARTMENT
Apartemen adalah blok bangunan yang di dalamnya terbagi-bagi dalam sejumlah ruang atau unit, yang dipasarkan secara strata-title atau disewakan. Di luar itu, ada juga istilah kondominium yang juga merujuh kepada apartemen. Keduanya pada dasarnya sama pengertiannya. Yang membedakan hanya istilahnya. Kondominium adalah penguasaan beberapa atau sejumlah orang atas sebuah properti atau bangunan besar. Jadi apartemen lebih menunjuk ke pengertian fisik, sedangkan kondominium merujuk kepada hak atau istilah legal.
Apa pun itu, bagi kalangan muda sebenarnya tinggal di apartemen adalah pilihan paling tepat. Pasalnya, orang muda masih sangat produktif dan mobile. Waktu di rumah praktis hanya untuk beristirahat atau tidur dan momong anak. Jadi, tidak banyak waktu untuk merawat rumah, menjalankan hobi, atau mengisi waktu luang di rumah. Karena itu hunian yang paling tepat adalah praktis dan tidak membutuhkan banyak keterlibatan pemilik untuk merawatnya. Dan hunian seperti itu adalah apartemen.
Selain itu lokasi partemen biasanya di tengah kota yang dekat dengan berbagai pusat kegiatan (bisnis, komersial, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan lain-lain). Untuk paangan muda yang mobile namun penghasilannya belum begitu tinggi, situasi ini cocok karena dengan tinggal di apartemen, mereka tidak harus mengeluarkan biaya transportasi yang besar. Anggota keluarga pasangan muda pun masih sedikit. Anak, kalaupun ada, masih balita. Jadi tidak perlu hunian yang besar. Apartemen 36 m2-45 m2 pun cukup.
Selain itu, dengan tinggal di apartemen di dalam kota, pasangan muda juga lebih mudah mengatur waktu untuk anaknya yang masih kecil, yang masih butuh perhatian ekstra orangtuanya. Di negara-negara maju seperti Jepang, sekitar 60 persen penduduk usia produktifnya tinggal di apartemen di dalam kota, sehingga pusat kota memadat. Untuk itu pemerintah memberi insentif berupa keriganan pajak, subsidi bunga, regulasi, dan lain-lain. Sementara kalangan yang lebih tua dan mapan, terserah mau tinggal di mana, di dalam kota di apartemen atau di rumah biasa di pinggir kota yang lebih jauh dari pusat kota dan sedikit populasinya.
Di Indonesia, situasinya terbalik. Kalangan berusia produktif yang mobilitasnya masih tinggi dan tidak punya waktu mengurus rumah, justru tinggal di pinggir kota sehingga tidak efisien. Padahal, penghasilan mereka masih bertumbuh. Sementara kalangan mapan dan berpenghasilan besar tinggal di dalam kota. Tidak ada kebijakan atau insentif pemerintah untuk membalikkan keadaan itu. Pengembangan apartemen diserahkan begitu saja ke mekanisme pasar.
Akibatnya, yang dipasarkan pengembang hanya apartemen untuk kalangan menengah atas dan apartemen mewah yang hanya terjangkau kalangan mapan. Apartemen identik dengan hunian eksklusif untuk kalangan terbatas, bukan berfungsi mengendalikan penyebaran penduduk, mengefisienkan mobilitas, mengurangi kemacetan, dan pemborosan energi, meminimalisir degradasi kualitas lingkungan hidup, dan seterusnya. Ini kelemahan pengembangan permukiman di kota-kota di Indonesia. Tidak memiliki urban concept. Di negeri ini tidak ada semacam menteri perumahan dan pengembangan kota. Yang ada hanya menteri pembangunan perumahan
Sejak lima tahun terakhir, sudahbanyak pengembang yang berinsiatif menawarkan apartemen menengah seharga hingga Rp 600 jutaan yang terjangkau kalangan muda di tengah kota, tanpa harus menunggu insentif pemerintah. Setelah itu juga ramai penawaran rumah susun sederhana hak milik (rusunami) yang harganya lebih murah lagi, bahkan mendapat pembebasan pajak dan subsidi bunga kredit dari pemerintah.
Kesempatan inui seharusnya dimanfaatkan kalangan muda untuk mulai menjadikan apartemen sebagai alternatif hunian. Paling tidak sebagai hunian pertama. Kelak setelah penghasilan mulai mapan, anak-anak mulai besar, aktivitas dan kebutuhan ruang keluarga tidak mampu lagi ditampung di apartemen, barulah mereka pindah ke rumah biasa (landed residential) yang lebih besar di pinggir kota. Unit apartemen bisa disewakan kepada pasangan yang lebih muda. Bagaimanapun harus diakui, bagi sebagian orang membina keluarga dan membesarkan anak yang paling baik tetaplah di rumah biasa (landed house), kendati pendapat itu masih menjadi perdebatan.
Hanya saja memang, tinggal di apartemen menuntut sikap yang rasional, efisien, simpel, praktis, dan mandiri. Tenggang rasa pun harus lebih tinggi karena tetangga kita tidak hanya di sampuing kiri dan kanan tapi juga di atas dan di bawah. Menerima tamu dan mengundang kerabat pun tidak bisa lagi sesukanya seperti di rumah. Bukan hanya karena bisa menganggu tetangga tetapi kapasitas setiap unit apartemen sangat terbatas. Jadi kalau mau ngumpul, kita harus melakukannya di ruang pertemuan yang disediakan di setiap apartemen. Di apartemen, kita juga tidak bisa berkebun atau memelihara pohon seenaknya kecuali pphon yang moveable di dalam toples atau pohon yang ditanam dengan sistem hidroponik.
Mengoleksi barang pun harus diperhitungkan karena kalau terlalu banyak, tidak mungkin ditempatkan semua di unit apartemen. Sementara menaruhnya di koridor setiaplantai adalah terlarang karena selain mengorupsi hak bersama, juga berbahaya. Kalau terjadi keadaan darurat, barang-barang itu akan menganggu mobilitas penghuni apartemen yang menyelamatkan diri atau evakuasi.
Pendeknya, tinggal di apartemen adalah budaya komunal modern, rasional yang menghormati kemajemukan. Dalam sistem budaya itu ada tenggang rasa, tapi tenggang rasa yang dituangkan dalam aturan tertulis berikut sanksinya yang disusun dan disepakati semua penghuni melalui Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS). Aturan itu dirumuskan dan diawasi bersama pelaksanaanya, berlaku untuk semua penghuni dari sistem budaya apapun dan tidak tergantung pada tokoh panutan.
Masyarakat kita sebenarnya sudah akrab dengan budaya komunal itu, tapi budaya komunal tradisional yang homogen-paternalistik. Dalam sistem budaya ini, ada tepa salira, tapi sifatnya tidak tertulis, longgar, lebih ditujukan kepada penganut sistem budaya yang sama dan penerapannya tergantung patron. Karena itu, di kota yang warganya terdiri dari banyak etnis dan individualistis, budaya itu memerlukan penyesuaian agar bisa diterapkan dalam relasi sosial.
Terlebih-lebih di apartemen yang konsentrasi manusianya begitu tinggi, ratusan orang berdiam di atas tanah dan bangunan yang sama, menggunakan fasilitas yang sama. Ketidakpedulian yang satu bukan hanya menganggu yang lain tapi bisa mengancam keamanan seisi apartemen. Bahkan pertengkaran anak-anak atau acara memasak yang terlalu hot di apartemen Anda cukup membuat pusing tetangga. Berkaitan dengan itu, sejumlah hal perlu kita perhatikan dan pahami bila hendak membeli dan menghuni apartemen.
*) Panangian Simanungkalit, pakar perumahan nomor 1 di Indonesia dan penulis buku “Beli Rumah dan Apartemen, Tips dan Trik”

PENGENALAN RUMAH SUSUN
Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun dan didefinisikan sebagai bangunan bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan yang terbagi dalam bagian bagian distrukturnya secara fungsional dalam arah horisontalatau vertical san merupakan satuan yang masing masing dapat digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama (atap, tiang pondasi, lobby, lift, saluran air, jaringan listrik, gas dan telekomunikasi ) benda bersama (basement parkir, kolam renang dll ) dan tanah bersama ( sebidang tanah yang diatasnya berdiri rumah susun tersebut ).
Rusun kerap dikonotasikan sebagai apartemen versi sederhana , walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota. Hal ini adalah pemborosan.Pemborosan terjadi pada :
• pemborosan waktu
• pemborosan biaya
• pemborosan lingkungan (karena pencemaran)
• pemborosan sosial (karena tersitanya waktu untuk bersosialisasi)

PERBEDAAN APARTMENT DAN RUSUNAMI
Beberapa tahun terakhir ini, istilah Rusunami dan Rusunawa mulai akrab di telinga kita, terutama yang bergelut atau mengikuti perkembangan seluk beluk dunia permukiman. Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik, sedangkan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa). Rusunami (rumah susun sederhana milik) bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan maksimal Rp 4,5 juta. Dan Rusunawa (rumah susun sederhana sewa) untuk penghasilan maksimal Rp 1,7 juta per bulan. Oh, ya rusunawa yang memang disediakan untuk rakyat kecil itu biasanya dibangun di lahan bekas permukiman kumuh dan sekitar kawasan industri serta kampus. Yang jelas, kehadiran rusunami tidak terlepas dari Program 1000 Menara Rusun yang sedang digalakkan Kemenpera.
Apa beda antara keduanya? Rusunami biasanya dibangun oleh kelompok perusahaan pengembang (developer), sedangkan Rusunawa dibangun oleh pemerintah (biasanya oleh Pemda bekerja sama dengan Kementerian Perumahan Rakyat).
Pertanyaannya kemudian, apa dong beda antara apartemen, rusunami dan kondominium jika dilihat dari bentuk dan konsepnya, rusunami itu sebenarnya ya apartemen, bukan?
Sekilas diantara semuanya memang sama biasanya perbedaan jelas terletak di lahan parkiran, luas dan finishing. Apartment biasanya mempunyai ketentuan untuk 1 unit memiliki slot parkir minimal 1 mobil atau 1 banding 1 sedangkan untuk rusunami biasanya perbandingan untuk lahan parkir lebih sedikit 10 unit untuk 1 parkir mobil. Kenyataan ini bisa dilihat dengan sedikitnya dari developer untuk membangun basement untuk lahan parkir. Perlu diketahui juga untuk membangun basement lahan parkir memang membutuhkan dana yang tidak sedikit oleh karena itu biasanya rusunami yang mempunyai basement harga jualnya lebih mahal dengan adanya surcharge ( biaya peningkatan mutu ). Luas rusunami dengan apartemen juga berbeda di unit / kamar, biasanya untuk ukuran 2 kamar tidur di rusunami biasa di apartment adalah ukuran studio ( tanpa kamar ) dan yang terakhir dari segi finishing untuk apartment menggunakan kwalitas lebih baik seperti marmer, pintu kayu kwalitas bagus dan sanitary yang mempunyai kwalitas grade A sedangkan untuk rusunami finishing tidak terlalu di tonjolkan.
Setelah melihat beberapa perbedaan pertanyaan yang muncul adalah kwalitas bangunan seperti pondasi, struktur dan lain lain bagaimana, bisa bisa membahayakan penghuni ?
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah untuk bangunan yang memiliki ketinggian sampai puluhan lantai memiliki konstruksi yang sama baik bangunan tersebut adalah apartemen kelas A, kelas B maupun rusunami. Keduanya dalam pembangunan biasanya juga memakai jasa kontraktor besar yang sama seperti WK, Pulau Intan dan sebagainya.
Yang jelas, harga Rusunami jauh lebih murah. Misalnya, Rusunami Cawang, dengan lokasi di tengah kota per unit dijual Rp 144 juta untuk tipe 33. Bandingkan dengan apartemen, apalagi jika strata title. Konon, sebuah unit apartement penthouse di Kemang City bisa mencapai Rp 7 M.
Keuntungan tinggal dirusunami dengan apartment adalah biaya bulanan yang lebih dikenal sebagai service charge meliputi keamanan, kebersihan dan biaya sunking fund jauh lebih murah daripada apartemen. Termasuk juga biaya meliputi air, listrik dan telfon karena tarif dasar yang digunakan adalah tarif dasar rumah. Berbeda dengan apartment biasanya pengelolah atau management telah menetapkan biaya biaya tersebut berdasarkan kebijakan masing masing.
Bagi saya, yang tergolong tidak punya banyak uang, kehadiran Rusunami jelas sangat bermanfaat. Bisa punya rumah di tengah kota tapi dengan harga yang relatif terjangkau. Hanya, sedihnya, banyak pialang rumah yang mencoba mengambil keuntungan. Mereka borong unit sebanyak-banyaknya, terus dijual lagi dengan harga lebih mahal.

Sumber : http://rusunamisubsidi.wordpress.com / 1-8-2012


Untuk informasi selengkapnya silahkan hubungi Rivi di 08562220168 - 082126004148